Wednesday, October 26, 2011

seMESTA menduKUNG


Saudaraku yang yang baik hatinya, Anda harus sangat jelas tentang apa yang akan Anda capai dalam pekerjaan dan karir Anda.

Jika Anda ingin menjadi yang terbaik, jangan pikirkan dan libatkan diri Anda dalam hal-hal yang tidak menjadikan Anda lebih tahu, lebih bisa, lebih bersemangat, lebih tabah, dan lebih cepat memenangkan persetujuan orang lain.

Ingatlah,Yang menjadi fokus Anda akan tumbuh.

Dan,Yang Anda ulangi akan menjadi kekuatan Anda.
Anda tidak harus menjadi yang paling besar atau paling terkenal, tapi pastikanlah Anda menjadi yang terbaik.


Apapun yang Anda lakukan jika di lakukan dengan sungguh sungguh dari dalam hati anda, pasti alam semesta mendukung  (MESTAKUNG) langkah Anda.

Menurut pakar fisika Prof. Yohanes Surya Ph.D, Mestakung = seMESTA menduKUNG merupakan hukum alam dimana ketika suatu individu atau kelompok  berada pada kondisi kritis maka semesta (dalam hal ini sel-sel tubuh, lingkungan dan segala sesuatu disekitar dia) akan mendukung untuk dia keluar dari kondisi kritis. 


Ada 3 hukum Mestakung yaitu:
1.     Dalam setiap kondisi KRItis ada jalan keluar
2.     Ketika seorang meLANGkah, ia akan melihat jalan keluar
3.     Ketika seorang teKUN melangkah, ia akan mengalami mestakung
Ketiga hukum ini saya singkat dengan KRILANGKUN (KRItis, LANGkah, teKUN). 

Apapun kondis kritis yang Anda ciptakan, percayalah Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan mestakung untuk membantu Anda keluar dari kondisi kritis itu. Anda akan keluar sebagai pemenang seperti di gambarkan dalam film yang berjudul MESTAKUNG.


Sebuah film yang menggambarkan kuatnya tentang persahabatan, kecintaan pada sains, dan arti kasih ibu.Film ini terinspirasi dari kisah-kisah kegemilangan putra-putri Indonesia mengangkat nama bangsa Indonesia di kancah dunia internasional lewat pelbagai olimpiada sains.

Muhammad Arief (Sayef Muhammad Billah), anak dari sebuah keluarga miskin dari Sumenep, Madura, sangat menggemari sains, khususnya fisika. Meski tinggal jauh dari kota besar dan bersekolah dengan fasilitas yang serbaminim, Arief tetap menekuni fisika.
 
Arief tinggal bersama ayahnya, Muslat (Lukman Sardi), mantan petani garam yang beralih profesi menjadi sopir truk serabutan karena ladang garam sedang dilanda paceklik. Lantaran kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan itu, ibu Arief, Salmah (Helmalia Putri), terpaksa bekerja sebagai TKW di Singapura. Setelah bertahun-tahun belum juga kembali, dan tidak pernah memberi kabar, Arief sangat merindukannya. Arief bekerja di bengkel sepulang sekolah dengan cita-cita mengumpulkan uang untuk mencari ibunya. Arief akan dibantu oleh Cak Alul (Sudjiwo Tedjo), yang ternyata seorang berandalan kampung.

Di sekolah, Ibu Tari Hayat (Revalina S. Temat), seorang guru fisika, melihat bakat besar yang dimiliki Arief. Perempuan Minang yang mencintai dan memiliki dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan itu rela “terdampar” di Madura demi menemukan intan-intan cemerlang di antara murid-muridnya. Dan salah satu intan itu adalah Arief.

Berkat dorongan Ibu Tari, Arief ikut seleksi olimpiade sains yang akan diadakan di Singapura. Namun, sesungguhnya Arief memiliki agenda tersembunyi: menemukan ibunya di sana.
Seleksi dilakukan oleh Pak Tio Yohanes (Ferry Salim) di Jakarta, yang dibantu oleh Deborah Sinaga (Febby Febiola). Para peserta bersaing untuk lolos, sekaligus menjalin persahabatan. Arief menjalin persahabatan dengan Muhammad Thamrin (Angga Putra, pernah bermain sebagai Komet dalam Alangkah Lucunya Negeri Ini), dan Clara Annabela (Dinda Hauw), pernah bermain sebagai Keke dalam Surat kecil Untuk Tuhan). Arief sempat berseteru dengan Bima Wangsa (Rangga Raditya, pernah bermain sebagai Guntur dalam King), dan Erwin Manik (Rendy Ahmad, pernah bermain sebagai Arai dalam Sang Pemimpi). Arief juga berkenalan dengan Cak Kumis (Indro Warkop), penjual ketoprak keliling asal Madura yang memberinya ilmu kehidupan.
Pak Tio senantiasa menyemangati Arief dan peserta lain dengan mengajarkan sebuah keyakinan yang disebutnya MESTAKUNG atau semesta mendukung. Inti ajaran itu adalah bahwa apabila seseoang yakin, fokus, dan berusaha keras untuk mencapai sesuatu, ia pasti akan meraihnya karena seluruh semesta akan mendukung.

Akankah Arief berhasil lolos seleksi dan ikut olimpiade fisika dunia? Dan apakah Arief menemukan ibunya kembali?

Selain kisah yang menginspirasi, film yang disutradari John De Rantau (karya sebelumnya, Denias dan Obama Anak Menteng) ini menyuguhkan lanskap eksotis Pulau Madura, lengkap dengan karapan sapi yang meriah, serta kemegahan Jembatan Suramadu. Shooting dilakukan di Sumenep dan Pamekasan, Bogor, Jakarta, dan Singapura. 

Sedangkan Golliath, sebuah band yang terkenal dio kalangan anak-anak muda, menyumbang dua lagu yang menjadi original sound track film ini, yaitu Ibu dan Semesta Mendukung (theme song).

#Semesta Mendukung: Karena, dalam hidup, tak ada yang tak mungkin