Mencari kelebihan dibalik kelemahan anak kita..?
Ayah gimana yah ? anakku tuh kalau dibilangin ngeyel dan membantah terus !!! Jadi aku tuh hampir setiap hari bawaannya mau marah terus sama dia.. Please tolong bantu ya aku stress tiap hari nih Yah...???
“Dio, mandi sekarang, ya!” Ajak Mami Dio pada putranya yang sedang asyik bermain.
“Nggak mau, ah. Dio mau main sepeda!” Tolaknya. “Dio, ini kan sudah jam lima sore, mandi!”
“Nggak maaaaaauuuu!!” Dio malah kabur dengan sepedanya.
Hhh, capek deh kalau ngomong sama Dio. Sering kali ia membantah apa yang dikatakan ayah dan bundanya.
Banyak lagi lainnya, gak cuma mandi tapi juga makan, rapikan kamar, rapikan mainan, berangkat sekolah dll....dll.....
Bagaimana ya, supaya Dio mau menurut sama saya..?
Jawaban Ayah Edy:
AyahBunda yang selalu ingin belajar, pertama, bersyukurlah pada Tuhan karena dianugerahi seorang anak calon pemimpin untuk kita asuh.
Dengan ber syukur, kita bisa kuat dan punya kesabaran yang lebih tinggi untuk mendidik calon pemimpin kecil kita itu.
Tahukah kita bahwa di balik sifatnya yang tidak mau diatur itu, ia berpotensi menjadi seorang pengatur alias seorang pemimpin.
Ya saya ulangi sekali lagi, tahukah Bunda, di balik sifatnya yang tidak mau diatur itu, menunjukkan bahwa kelak ia akan tampil sebagai seorang "PENGATUR" alias seorang pemimpin. Coba deh lihat para Pengatur atau atasan kita mana ada yang gampang di atur, rata-rata mereka adalah orang yang keras dan susah diatur.
Kedua, anak membangkang atau membantah pada umumnya karena adanya perbedaan pendapat antara anak dengan orangtua.
Orangtua yang memiliki kecenderung otoriter dan ingin selalu mengatur, jika kebetulan anak kita tipe penurut alias bukan pemimpin maka hal itu mudah saja, tapi ketika berhadapan dengan anak yang bertipe pemimpin—yang tidak mau begitu saja menerima pendapat atau mau dipaksa—akan sering terjadi perdebatan. Namun setiap hal ini terjadi “seolah-olah” penyebabnya hanyalah anak kita. Kita orang tua tidak pernah merasa bersalah dengan cara kita mendidik seorang calon pemimpin kecil.
Padahal sesungguhnya, dengan adanya anak yang membantah, para orangtua bisa mengevaluasi aturan main dan pola komunikasi yang dibangun; apakah sudah sesuai dengan masing-masing tipe anak sehingga proses perdebatan antara orangtua dan anak dapat dikurangi untuk bisa mendapatkan jalan keluar terbaik.
Jadi, dari pada selalu menyalahkan anak kita, akan jauh lebih baik jika kita belajar untuk mendidik calon pemimpin kecil kita di rumah.
Bagaimana caranya?
Pertama, didiklah ia untuk menjadi anak yang kooperatif dan bukannya menjadi seorang yang penurut.
Mengapa? Coba Anda pikirkan kalau anak kita menjadi penurut, apa pekerjaan di kantor yang diisi oleh seorang penurut?
“Tolong rapikan ini,” “Baik, Pak ....”
“Tolong belikan itu ....” “Baik, Pak ....”
Sudah jelas, kan? anak kita akan menjadi pekerja yang selalu dimintai tolong dan bukan pengambil keputusan.
Lantas apa bedanya Penurut dengan Kooperatif..?
Kalau kooperatif, seorang anak mau melakukan apa yang diminta orangtuanya karena tahu alasan logisnya.
Sedangkan penurut, anak melakukan sesuatu tanpa tahu alasannya, ia menurut saja tanpa berpikir dan menggunakan logikanya.
Nah jadi jangan kaget jika banyak orang Indonesia yang mau saja menuruti orang lain untuk bebuat tidak baik, membenci orang lain, bahkan sampai membunuh orang lain atas perintah orang lain tanpa alasan yang logis. atau contoh lain banyak orang kita yang dengan mudahnya terpengaruh oleh isi status di facebook yang isinya padahal hanya menebar kebencian tanpa dasar logika.
Kedua, biasakan menawarkan beberapa pilihan atau opsi padanya. Misalnya, “Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi? Oke kita sepakat ya ... sepuluh menit lagi dari sekarang.
Jika tiba waktunya kamu belum mandi juga, besok kamu mau uang jajan dikurangi atau tidak boleh bermain sepeda di sore hari?”
Pastikan AyahBunda melaksanakan kesepakatan dengan tegas tanpa kompromi jika memang terjadi pelanggaran secara sengaja. Sekali lagi saya ulangi, kunci dari keberhasilan mendidik anak tipe pemimpin adalah KETIKA TERJADI PELANGGARAN TERHADAP HAL YANG SUDAH DISEPAKATI, MAKA LAKSANAKAN KONSEKUANSI ATAU HUKUMAN DENGAN TEGAS DAN TANPA KOMPROMI. Jika dia melawan, lakukan proses peringatan, dan jika masih melawan juga lakukan azas PEMAKSAAN PELAKSANAAN HUKUMAN.
Ketiga, calon pemimpin suka dengan reward dan consequences.
Anak bertipe pemimpin suka dengan aturan main, perjanjian atau kesepakatan yang disertai reward & punishmen.
Orangtua bisa menerapkan satu kesepakatan dan kalau tidak di jalankan dengan baik, berikan konsekuensinya. Biasanya si calon pemimpin juga tergolong konsisten. Jadi kalau ia melanggar, berikan hukumannya, agar ia tidak melanggar terus.
Dengan menerapkan aturan yang jelas seperti contoh di atas, orangtua tidak akan kewalahan lagi dalam mendidik calon pemimpin kecil kita ini.
Dan yang paling penting adalah Niat utama kita adalah mendidik perilakunya untuk menjadi baik, bukan menghukum untuk melampiaskan kekesalan kita, jadi pilihlah hukuman yang mendidik.
Jadi ketika kelihatan anak mulai ada gejala-gejalan melanggar kesepakatan, maka sebelum pelanggaran itu terjadi kita harus mengingatkan dengan kata-kata berikut ini;
"Kakak atau Adek masih ingat kan ya perjanjiannya, dan masih ingat juga kan ya kalau melanggar apa hukumannya?"
Tatap wajahnya sampai ia dengar dan paham peringatan dari kita.
Lalu lanjutkan dengan kata-kata (sambil serius menatapnya)
Mama/Papa cuma mengingatkan saja, agar adek/kakak tidak terkena hukuman.. Tapi jika Adek/kakak tetap melanggar berarti bukan mama atau papa yang menghukum ya...., Adik sendiri yang menghukum diri adik sendiri, adik sendiri yang pilih untuk di hukum.
Tips terakhir adalah gunakan counting system...
Ketika saat pertama kali aturan di laksanakan maka ketika tiba detik-detik ia akan melanggar... mulailah anda menghitung.
"Kakak/Adik.... ingat kesepakatan kita ya, mama/papa akan menghitung sampai 10, jika dihitungan ke 10 adik atau kakak tidak mau melakukan kesepakatan maka Mama/Papa akan langsung menghukum kakak tanpa alasan.
Satu...., dua..... tiga dst...
Pada umumnya tips terakhir ini sangat manjur, khususnya bagi anak2 usia SD kebawah. Dulu pada awal-awal kami mendidik Dido dan Dimas Tips inilah yang pada akhirnya mampu membuat mereka menjadi anak-anak yang disiplin menepati janjinya.
Selamat mencoba....
Posting ini dipetik dari buku AYAH EDY MENJAWAB 100 persoalan sehari-hari orang tua dan anak yang jawabannya tidak ada di kamus manapun.
by ayah edy
web resmi: www.ayahkita.blogspot.com
Ayah gimana yah ? anakku tuh kalau dibilangin ngeyel dan membantah terus !!! Jadi aku tuh hampir setiap hari bawaannya mau marah terus sama dia.. Please tolong bantu ya aku stress tiap hari nih Yah...???
“Dio, mandi sekarang, ya!” Ajak Mami Dio pada putranya yang sedang asyik bermain.
“Nggak mau, ah. Dio mau main sepeda!” Tolaknya. “Dio, ini kan sudah jam lima sore, mandi!”
“Nggak maaaaaauuuu!!” Dio malah kabur dengan sepedanya.
Hhh, capek deh kalau ngomong sama Dio. Sering kali ia membantah apa yang dikatakan ayah dan bundanya.
Banyak lagi lainnya, gak cuma mandi tapi juga makan, rapikan kamar, rapikan mainan, berangkat sekolah dll....dll.....
Bagaimana ya, supaya Dio mau menurut sama saya..?
Jawaban Ayah Edy:
AyahBunda yang selalu ingin belajar, pertama, bersyukurlah pada Tuhan karena dianugerahi seorang anak calon pemimpin untuk kita asuh.
Dengan ber syukur, kita bisa kuat dan punya kesabaran yang lebih tinggi untuk mendidik calon pemimpin kecil kita itu.
Tahukah kita bahwa di balik sifatnya yang tidak mau diatur itu, ia berpotensi menjadi seorang pengatur alias seorang pemimpin.
Ya saya ulangi sekali lagi, tahukah Bunda, di balik sifatnya yang tidak mau diatur itu, menunjukkan bahwa kelak ia akan tampil sebagai seorang "PENGATUR" alias seorang pemimpin. Coba deh lihat para Pengatur atau atasan kita mana ada yang gampang di atur, rata-rata mereka adalah orang yang keras dan susah diatur.
Kedua, anak membangkang atau membantah pada umumnya karena adanya perbedaan pendapat antara anak dengan orangtua.
Orangtua yang memiliki kecenderung otoriter dan ingin selalu mengatur, jika kebetulan anak kita tipe penurut alias bukan pemimpin maka hal itu mudah saja, tapi ketika berhadapan dengan anak yang bertipe pemimpin—yang tidak mau begitu saja menerima pendapat atau mau dipaksa—akan sering terjadi perdebatan. Namun setiap hal ini terjadi “seolah-olah” penyebabnya hanyalah anak kita. Kita orang tua tidak pernah merasa bersalah dengan cara kita mendidik seorang calon pemimpin kecil.
Padahal sesungguhnya, dengan adanya anak yang membantah, para orangtua bisa mengevaluasi aturan main dan pola komunikasi yang dibangun; apakah sudah sesuai dengan masing-masing tipe anak sehingga proses perdebatan antara orangtua dan anak dapat dikurangi untuk bisa mendapatkan jalan keluar terbaik.
Jadi, dari pada selalu menyalahkan anak kita, akan jauh lebih baik jika kita belajar untuk mendidik calon pemimpin kecil kita di rumah.
Bagaimana caranya?
Pertama, didiklah ia untuk menjadi anak yang kooperatif dan bukannya menjadi seorang yang penurut.
Mengapa? Coba Anda pikirkan kalau anak kita menjadi penurut, apa pekerjaan di kantor yang diisi oleh seorang penurut?
“Tolong rapikan ini,” “Baik, Pak ....”
“Tolong belikan itu ....” “Baik, Pak ....”
Sudah jelas, kan? anak kita akan menjadi pekerja yang selalu dimintai tolong dan bukan pengambil keputusan.
Lantas apa bedanya Penurut dengan Kooperatif..?
Kalau kooperatif, seorang anak mau melakukan apa yang diminta orangtuanya karena tahu alasan logisnya.
Sedangkan penurut, anak melakukan sesuatu tanpa tahu alasannya, ia menurut saja tanpa berpikir dan menggunakan logikanya.
Nah jadi jangan kaget jika banyak orang Indonesia yang mau saja menuruti orang lain untuk bebuat tidak baik, membenci orang lain, bahkan sampai membunuh orang lain atas perintah orang lain tanpa alasan yang logis. atau contoh lain banyak orang kita yang dengan mudahnya terpengaruh oleh isi status di facebook yang isinya padahal hanya menebar kebencian tanpa dasar logika.
Kedua, biasakan menawarkan beberapa pilihan atau opsi padanya. Misalnya, “Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi? Oke kita sepakat ya ... sepuluh menit lagi dari sekarang.
Jika tiba waktunya kamu belum mandi juga, besok kamu mau uang jajan dikurangi atau tidak boleh bermain sepeda di sore hari?”
Pastikan AyahBunda melaksanakan kesepakatan dengan tegas tanpa kompromi jika memang terjadi pelanggaran secara sengaja. Sekali lagi saya ulangi, kunci dari keberhasilan mendidik anak tipe pemimpin adalah KETIKA TERJADI PELANGGARAN TERHADAP HAL YANG SUDAH DISEPAKATI, MAKA LAKSANAKAN KONSEKUANSI ATAU HUKUMAN DENGAN TEGAS DAN TANPA KOMPROMI. Jika dia melawan, lakukan proses peringatan, dan jika masih melawan juga lakukan azas PEMAKSAAN PELAKSANAAN HUKUMAN.
Ketiga, calon pemimpin suka dengan reward dan consequences.
Anak bertipe pemimpin suka dengan aturan main, perjanjian atau kesepakatan yang disertai reward & punishmen.
Orangtua bisa menerapkan satu kesepakatan dan kalau tidak di jalankan dengan baik, berikan konsekuensinya. Biasanya si calon pemimpin juga tergolong konsisten. Jadi kalau ia melanggar, berikan hukumannya, agar ia tidak melanggar terus.
Dengan menerapkan aturan yang jelas seperti contoh di atas, orangtua tidak akan kewalahan lagi dalam mendidik calon pemimpin kecil kita ini.
Dan yang paling penting adalah Niat utama kita adalah mendidik perilakunya untuk menjadi baik, bukan menghukum untuk melampiaskan kekesalan kita, jadi pilihlah hukuman yang mendidik.
Jadi ketika kelihatan anak mulai ada gejala-gejalan melanggar kesepakatan, maka sebelum pelanggaran itu terjadi kita harus mengingatkan dengan kata-kata berikut ini;
"Kakak atau Adek masih ingat kan ya perjanjiannya, dan masih ingat juga kan ya kalau melanggar apa hukumannya?"
Tatap wajahnya sampai ia dengar dan paham peringatan dari kita.
Lalu lanjutkan dengan kata-kata (sambil serius menatapnya)
Mama/Papa cuma mengingatkan saja, agar adek/kakak tidak terkena hukuman.. Tapi jika Adek/kakak tetap melanggar berarti bukan mama atau papa yang menghukum ya...., Adik sendiri yang menghukum diri adik sendiri, adik sendiri yang pilih untuk di hukum.
Tips terakhir adalah gunakan counting system...
Ketika saat pertama kali aturan di laksanakan maka ketika tiba detik-detik ia akan melanggar... mulailah anda menghitung.
"Kakak/Adik.... ingat kesepakatan kita ya, mama/papa akan menghitung sampai 10, jika dihitungan ke 10 adik atau kakak tidak mau melakukan kesepakatan maka Mama/Papa akan langsung menghukum kakak tanpa alasan.
Satu...., dua..... tiga dst...
Pada umumnya tips terakhir ini sangat manjur, khususnya bagi anak2 usia SD kebawah. Dulu pada awal-awal kami mendidik Dido dan Dimas Tips inilah yang pada akhirnya mampu membuat mereka menjadi anak-anak yang disiplin menepati janjinya.
Selamat mencoba....
Posting ini dipetik dari buku AYAH EDY MENJAWAB 100 persoalan sehari-hari orang tua dan anak yang jawabannya tidak ada di kamus manapun.
by ayah edy
web resmi: www.ayahkita.blogspot.com
No comments:
Post a Comment